slider536F05AFD-05B6-4F7D-7C06-F029B625E2BD.png
slider416D07644-3281-34EE-6D73-E5AFD2D40D3E.png
slider3A61FD0CF-36C5-5149-E73B-13A39EE15509.png
Tuesday, 21 November 2017 14:39

Profil Ganja Yang Mungkin Tidak Diketahui Oleh Orang Tua

Written by

Data BNN menunjukan jenis narkoba yang paling banyak disalah-gunakan di Indonesia adalah ganja. Banyak penyalah-guna narkoba yang mengisap ganja (tanpa menyadari atau bahkan telah menyadari efeknya namun tetap mengkonsumsi ganja), dan masyarakat juga bingung karena ada pro dan kontra tentang ganja, terdapat gerakan dari kelompok tertentu di tanah air yang ingin melegalkan ganja, banyak hal tentang ganja baik yang positif maupun negatif, juga terekspose melalui filem dan televisi. Namun sebagai negara hukum, kita harus tunduk dan berpegang pada pengaturan tentang ganja, yang telah diatur di dalam Undang-undang nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika,

yang memasukan ganja sebagai jenis narkotika golongan I. Dalam kaitan ini, orang tua mungkin menjadi individu yang paling tepat untuk mengkomunikasikan kepada anak-anak tentang bahaya penyalah-gunaan ganja, namun tidak cukup hanya dengan menyatakan kepada anak untuk tidak mengkonsumsi ganja (tidak menyalah-gunakan ganja). Orang tua perlu mengetahui profil dan fakta-fakta tentang ganja, sehingga dapat menjelaskan dengan benar dan tepat kepada anak tentang bahaya konsumsi (penyalah-gunaan) ganja.

Berikut ini adalah 10 (sepuluh) hal tentang ganja yang mungkin belum, tidak diketahui oleh orang tua, sehingga perlu diketahui dan dipahami oleh orang tua, agar mampu menjelaskan secara tepat dan benar kepada anak tentang bahaya mengkonsumsi (menyalah-gunakan) ganja.

1. Apakah ganja menjadi pemicu penyalah-gunaan narkoba jenis lainnya?

UNODC (United Nations Office on Drugs and Crime) menyatakan bahwa penyalah-gunaan ganja merupakan tahap awal menuju penyaah-gunaan narkoba jenis lainnya seperti kokain, methamphetamine, heroin, atau penyalah-gunaan obat-obatan berdasarkan resep dokter. Penggunaan tembakau dan alkohol sejak awal juga mengantarkan si pengguna pada penyalah-gunaan narkoba (termasuk ganja) di kemudian hari.

2. Apakah ganja yang digunakan sekarang ini sama dengan ganja pada 20 atau 30 tahun yang lalu?

Efek penyalah-gunaan ganja terhadap seseorang (penyalah-guna) meningkat dari tahun ke tahun. Zat racun kimia di dalam ganja yang dapat menimbulkan dampak negatif terhadap penyalah-guna ganja adalah THC (tetrahydrocannabinol), disamping ratusan racun lainnya di dalam ganja. Seiring dengan perubahan metode kultivasi ganja, prosentasi konten THC di dalam ganja juga meningkat. Dewasa ini di pasar terdapat jenis ganja dengan potensi THC tinggi, yang dikenal dengan nama dagang “sensimilla”. Antara tahun 1986 dan 2009, rata-rata prosentasi THC ganja meningkat dari 3% THC ke hampir 10% THC. Pada jenis ganja sensimilla, terdapat konsentrasi THC sejumlah 37% (10 kali lebih kuat pengaruhnya). Seiring dengan peningkatan prosentasi kandungan THC pada ganja, efek negatifnya juga meningkat, seperti depresi, psikosis, halusinasi, kekerasan, dan adiksi (ketergantungan).

3. Apakah ganja memberikan efek terhadap kemampuan belajar seseorang?

Konsumsi ganja menurunkan kemampuan belajar seseorang, ironisnya kelompok umur yang perlu giat belajar untuk meraih cita-cita dan masa depan adalah para remaja, dan mereka inilah yang paling banyak mengkonsumsi ganja. Penelitian menunjukan bahwa konsumsi ganja merupakan salah satu penyebab orang mengalami kesulitan dalam berpikir, kesulitan berkonsentrasi, dan kesulitan dalam memecahkan berbagai masalah yang dihadapi. Sebuah penelitian di USA (The National Survey on Drug Use and Health) menyimpulkan bahwa anak-anak yang mengkonsumsi ganja memperoleh nilai “D” dalam menyelesaikan ujian atau pekerjaan rumah berbagai mata pelajaran. Mengapa demikian?. Mereka yang mengkonsumsi ganja tidak menyadari bahwa zat THC di dalam ganja akan tetap tinggal di dalam tubuhnya, dan efeknya dapat berlangsung dalam jangka waktu yang lama dan bersifat kumulatif. Ganja juga menurunkan kemampuan Intelligence Quotient (IQ) seseorang, si penyalah-guna ganja akan mengalami masalah dalam berkonsentrasi, bermasalah dalam ingatan, bahkan yang bersangkutan dapat beralih ke konsumsi narkoba jenis lainnya.

4. Apakah efek ganja bersifat sementara atau berlangsung dalam jangka waktu lama?

Meskipun seseorang yang pernah mengkonsumsi ganja kemudian berhenti mengkonsumsi ganja, namun zat THC yang berada di dalam tubuh yang bersangkutan akan tetap tinggal di dalam tubuh untuk jangka waktu yang lama, karena THC larut di dalam lemak tubuh yang bersangkutan, THC diserap oleh tisu lemak tubuh, sehingga menyulitkan tubuh untuk mengurangi penetrasi racun di dalam tubuh, oleh karena residu THC akan tetap tinggal di dalam lemak. Bila yang bersangkutan mengalami stress yang tinggi, dapat memecahkan sel-sel di dalam lemak tubuh, sehingga THC dapat keluar dari lemak dan masuk kealiran darah di dalam tubuh.

5. Apakah ganja mengakibatkan seseorang menjadi adiksi (ketergantungan)?

Ganja menyebabkan orang yang mengkonsumsi (penyalah-guna) menjadi ketergantungan (adiksi). Satu dari sembilan orang penyalah-guna ganja akan mengalami adiksi. Apa artinya?. Artinya si pengguna (penyalah-guna) ganja telah berkembang menjadi toleransi dalam mengkonsumsi ganja, sehingga yang bersangkutan harus mengkonsumsi lebih banyak jumlah ganja agar bisa memperoleh efek yang diinginkan. Artinya si penyalah-guna lebih memilih untuk meningkatkan konsumsi narkoba (ganja) tanpa memperhatikan efek negatif (bahaya) yang akan terjadi pada tubuhnya, yang akan mengalami kesulitan dan kesakitan, seperti gejala putus zat (sakau) dan rasa sakit yang luar biasa, apabila si penyalah-guna mencoba berhenti mengkonsumsi ganja. Tanda-tanda gejala putus zat akibat mencoba berhenti mengkonsumsi ganja a.l, merasa gelisah, cemas, terjadi iritasi, insomania, mudah marah, mengalami mimpi buruk, emosi tidak terkendali, kepala sakit, kehilangan selera, dan depresi.

6. Apakah ganja benar salah satu jenis obat?

Ganja tidak menyembuhkan penyakit. Ada yang mengatakan bahwa ganja dapat digunakan pada pasien penderita glaucoma, penderita kanker yang sedang dalam proses chemotherapy, dan pasien penderita AIDS, yang sering kehilangan selera makan, oleh karena zat THC di dalam ganja berperan menstimulasi selera makan. Kenyataanya tidak ada suatu menyakit yang dapat disembuhkan melalui penggunaan dan efek ganja. Produk sintetis untuk meningkatkan selera makan seperti ”Marinol” dapat digunakan untuk menghindari meningkatnya tekanan darah pasien, akibat penggunaan ganja guna meningkatkan selera makan pasien (penderita kanker dan penyakit AIDS).

7. Apakah ganja menimbulkan efek perubahan emosional yang negatif?

Penyalah-gunaan ganja yang kronis dapat mengarah pada perubahan emosi dan perilaku si penyalah-guna dengan akibat kehilangan motivasi dan ambisi, menarik diri dari pergaulan sosial (dengan keluarga, lingkungan masyarakat, dan teman), serta mengalami masalah dalam hal disiplin, keyakinan diri rendah, dan produktivitas menurun.

8. Apakah ganja dapat menimbulkan problema fisik atau mental seseorang?

Penyalah-gunaan ganja khususnya dalam dosis tinggi, dapat mengakibatkan dampak fisik dan mental serius, antara lain panik dan menyerang orang lain, kekerasan, bingung, ketakutan, paranoid, depresi yang berkepanjangan, dan bunuh diri.

9. Apakah penyalah-gunaan ganja menimbulkan ancaman resiko terhadap kehidupan seseorang?

Penyalah-gunaan ganja membuka pintu terhadap berbagai resiko (fisik dan psikis) yang dihadapi oleh si penyalah-guna ganja. Salah satu resiko yang berbahaya adalah mengurangi kemampuan si penyalah-guna dalam mengemudi karena terjadi distorsi yang mempengaruhi konsentrasi dan kemampuan dalam melakukan orientasi untuk memastikan ketepatan ruang dan waktu, sehingga membuka peluang terjadi kecelakaan yang berakibat fatal, serta meningkatkan perilaku seksual (yang dapat menularkan berbagai penyakit).

10. Bagaimana anak-anak dipengaruhi untuk mengkonsumsi ganja?

Apa yang didengar dan dilihat oleh anak-anak tentang ganja, pasti dibicarakan juga dengan teman-teman mereka tentang pengalaman mereka terkait ganja, bahkan mereka mungkin juga telah berbicara dengan para penjual ganja. Suka atau tidak suka, anak-anak harus memiliki kemampuan untuk dapat membuat keputusan tentang bagaimana mereka bersikap terhadap ganja. Apa saja yang telah mereka dengar, lihat, pelajari tentang ganja: ganja adalah jamu, ramuan alami; konsumsi ganja tidak menimbulkan adiksi; ganja tidak menimbulkan efek merusak dibandingkan dengan alkohol; ganja adalah obat; konsumsi ganja dapat membuat tenang si pengguna; konsumsi ganja membuat si penyalah-guna menjadi lebih kreatif.

Oleh karena orang tua telah mempelajari profil ganja termasuk efek (negatif) ganja, maka orang tua perlu memperbaiki kesan, persepsi, dan pengertian anak-anak tentang ganja. Jikalau anak-anak dapat memperoleh informasi secara benar, maka mereka akan mengerti, paham, mengapa mereka harus mengatakan “tidak”, apabila mereka ditawari ganja oleh seseorang.

Tanda-tanda penyalah-gunaan ganja antara lain: mata merah; eforia; tertawa tanpa diinginkan; selera makan meningkat terutama untuk makanan dan minuman yang manis; sulit konsentrasi, kesulitan dalam memecahkan masalah; kehilangan memori; gerakan lambat; kehilangan ambisi dan motivasi; halusinasi; panik; paranoid; merasa terasing; dan agresif. Apabila seseorang mengalami ketergantungan (adiksi) karena konsumsi (penyalah-gunaan) ganja, maka yang bersangkutan akan mengalami perubahan perilaku, kegiatan-kegiatan yang bersifat positif dan produktif akan menurun, dan sudah tentu akan menghambat yang bersangkutan untuk meraih cita-cita yang ingin dicapai ke depan.

Jakarta, 27 Oktober 2014.