slider536F05AFD-05B6-4F7D-7C06-F029B625E2BD.png
slider416D07644-3281-34EE-6D73-E5AFD2D40D3E.png
slider3A61FD0CF-36C5-5149-E73B-13A39EE15509.png
Tuesday, 21 November 2017 14:28

Pelatihan Ketrampilan Bagi Keluarga Untuk Mencegah Penyalahgunaan Narkoba

Written by

Keluarga merupakan benteng utama dalam upaya mencegah anak-anak menjadi penyalahguna narkoba, oleh karena itu keluarga perlu memiliki ketrampilan agar dapat mencegah dan membentengi anak dari kemungkinan menjadi penyalahguna narkoba. Hubungan keluarga (orang tua dan anak) yang dekat, serta kepedulian orang tua terhadap anak, menjadi faktor yang mendukung ketahanan anak selama proses pertumbuhan anak sampai mereka menjadi dewasa.

 

UNODC (United Nations Office on Drugs Crime) dalam kajian komprehensip terkait dengan program pelatihan ketrampilan di bidang pencegahan, menjadikan “Keluarga” sebagai salah satu Target Group dalam upaya dini untuk mencegah anak dari penyalahgunaan narkoba, karena terdapat Evidence-Based keberhasilan pencegahan dengan Target Group “Keluarga”. Untuk melaksanakan pencegahan ke Target Group Keluarga, perlu memahami a.l: faktor protektif dan faktor resiko yang berpengaruh bagi seorang anak atau anggota keluarga serta kemungkinan mereka menjadi penyalahguna narkoba, serta metode dan teknik intervensi yang dipilih untuk disajikan di dalam program pelatihan. Referensi utama Program Pelatihan Ketrampilan Pencegahan (Penyalahgunaan Narkoba) Bagi Keluarga, dapat dibaca pada publikasi UNODC dan Canadian Centre on Substance Abuse (CCSA): Guide to implementing family skills training programmes for drug abuse prevention; Compilation of Evidence-Based Family Skills Training Programmes; Canadian Guidelines for Youth Substance Abuse Prevention Family Skills Programs.

Faktor Resiko Penyalahgunaan Narkoba Di Lingkungan Keluarga

Terdapat faktor resiko di dalam keluarga, apabila terjadi pola komunikasi negatif di dalam keluarga (orang tua selalu menyalahkan anak, selalu mengkritik anak, dan ketiadaan pujian pada anak); tanpa sadar orang tua bersikap toleransi kepada anak dalam penyalahgunaan narkoba; lingkungan kehidupan keluarga yang kacau, dan/atau konflik antara orang tua (ayah dan ibu), pemutusan hubungan kerja, perceraian; orang tua menjadi penyalahguna narkoba, pecandu narkoba, mentalnya terganggu, serta terlibat dalam berbagai tindakan kriminal. Faktor resiko juga ada kaitannya dengan umur anak, gender, etnik, budaya, dan lingkungan. Contoh: faktor resiko yang terdapat di dalam sebuah keluarga akan berdampak pada anak yang masih kecil. Bila anak bersosialisasi dengan kelompok sebaya (Peer Group) yang menggunakan narkoba, maka pengaruh kelompok sebaya akan berdampak pada anak remaja (kemungkinan besar, anak terlibat dalam berbagai persoalan sosial, termasuk menjadi penyalahguna narkoba). Intervensi dini terhadap perilaku anak yang agresif, anak yang kurang mampu mengontrol dirinya, lebih memberikan dampak yang positif dibandingkan dengan upaya di kemudian hari untuk mengubah perilaku anak tersebut menuju perilaku yang positif.

Faktor Protektif Mencegah Penyalahgunaan Narkoba Di Lingkungan Keluarga

Untuk membangun faktor protektif di dalam keluarga, orang tua perlu menjalani pola hidup sehat dan aman dalam kehidupan sehari-hari, berupaya untuk selalu dekat dengan anak, menciptakan suasana kehangatan dan saling percaya di antara anggota keluarga, serta melakukan supervisi dan memantau kegiatan setiap anggota keluarga, dan menerapkan disiplin di dalam keluarga secara konsisten dan efektif. Selanjutnya, orang tua menerapkan pola komunikasi tentang pentingnya keluarga sehat sebagai salah satu nilai dan harapan di dalam keluarga, orang tua terlibat di dalam kehidupan anak (menyempatkan waktu untuk anak dan keluarga), memberikan dukungan kepada anak (kognitif, emosional, sosial, dan keuangan), orang tua mampu memecahkan, menyelesaikan masalah keluarga, mampu menolong anak untuk meraih impian, cita-cita, dan tujuan hidup mereka.
Ketiadaan faktor-faktor tersebut di dalam keluarga, menempatkan anak pada resiko munculnya berbagai persoalan kesehatan dan sosial termasuk persoalan penyalahgunaan narkoba.

Image57

Tujuan Pelatihan Ketrampilan

Secara umum tujuan program pelatihan ketrampilan pencegahan bagi keluarga adalah untuk memperkuat keluarga membangun faktor protektif di dalam keluarga, sehingga mengurangi resiko anak terlibat dalam berbagai persoalan kesehatan, sosial, termasuk menjadi penyalahguna narkoba; untuk mewujudkan hubungan keluarga yang positif; agar orang tua mampu melakukan supervisi dan memantau berbagai giat anggota keluarga khususnya anak; agar orang tua mampu mengkomunikasikan nilai-nilai keluarga kepada anggota keluarga, mampu mendorong anak untuk meraih impian dan cita-cita, serta tujuan hidup mereka.

12 (dua belas) Prinsip Program Pelatihan Bagi Keluarga

1. Pelatihan ketrampilan pencegahan yang dilaksanakan bagi keluarga dilaksanakan berbasis teori. Terdapat 2 (dua) Tipe Teori yaitu teori yang membahas problema utama, faktor penyebab utama anak menjadi penyalahguna narkoba (Teori Penyebab); dan teori tentang bagaimana cara merubah perilaku anak yang bersangkutan (Teori Perubahan).

2. Program pelatihan ketrampilan yang dilaksanakan harus berdasarkan assesment terhadap Target Group mencakup a.l. kebutuhan dan karakteristik anak, anggota keluarga, umur anak, serta sumber daya yang tersedia. Pemilihan program pelatihan didasarkan pada pemahaman terhadap situasi yang akurat.
3. Program pelatihan yang dilaksanakan harus cocok dengan tingkat resiko dari target populasi. Program tersebut bisa dilaksanakan kepada target populasi yang tidak memiliki resiko (universal programmes) dan ke target populasi yang memiliki resiko (selective programmes). Untuk target populasi yang memiliki resiko tinggi, program bisa dimulai lebih awal dalam siklus kehidupan anak (prenatally atau early childhood). Cara demikian lebih efektif.
4. Program yang dilaksanakan harus sesuai dengan umur dan tingkat perkembangan anak di dalam target populasi. Programnya akan berubah sesuai dengan tingkat perkembangan dan umur anak.
5, Intensitas dan jangka waktu pelaksanaan program harus cukup/memadai sehingga mampu merubah perilaku anak. Jangka waktu tersebut bervariasi bergantung pada tingkat resiko kelompok yang menjadi sasaran pelaksanaan program (target group).
6. Sesi program pelatihan yang dilaksanakan harus menggunakan metode teknik interaktif, melibatkan peserta tidak lebih dari 8 – 12 keluarga dalam satu kelompok, agar keluarga memiliki kesempatan untuk mempraktekan ketrampilan yang mereka peroleh selama masa pelatihan.
7. Evidence-based menunjukan Target Group intervensi terdiri dari 4 – 14 keluarga dalam satu kelompok pelatihan cukup efektif. Bagi kelompok target yang memiliki resiko tinggi, sesi dilaksanakan sebanyak 10 -15 kali.
8. Program yang dilaksanakan harus dapat membantu orang tua dengan ketrampilan, serta peluang untuk memperkuat hubungan keluarga yang positif, termasuk kemampuan untuk melakukan supervisi dan memantau kegiatan anggota keluarga, serta membantu orang tua untuk mengkomunikasikan nilai-nilai keluarga dan kepada anak. Program yang dilaksanakan juga harus fokus ke keluarga yang direkrut dan akan tetap dipertahankan dalam pelatihan (untuk pemantauan dan evaluasi), termasuk menjangkau mereka yang berada dalam titik transisi (anak yang mulai masuk sekolah, orang tua yang baru memulai pekerjaan baru, anak yang baru mengikuti program terapi narkoba, serta perubahan di dalam keluarga seperti hadirnya anggota baru, perceraian orang tua, orang tua yang kehilangan pekerjaan).
9. Target kelompok untuk mengikuti program pelatihan harus dipilih berdasarkan tingkat bukti kesuksesan (Evidence-Based) untuk penerapan program yang sama (yang diadaptasi), sesuai dengan kondisi dan lingkungan target kelompok (yang dipilih), untuk memastikan program pelatihan berlangsung efisien dan efektif.
10. Program yang dilaksanakan agar direplikasikan dengan proses yang sistematis ke kelompok yang berbeda, namun harus diadaptasi untuk memenuhi kebutuhan sosial budaya dan ekonomi kelompok target yang bersangkutan (kelompok baru).
11. Program pelatihan yang dilaksanakan juga harus menyediakan pelatihan yang memadai kepada para pimpiman kelompok (Group Leader). Waktu yang diperlukan untuk pelatihan Group Leader antara 2 – 3 hari bagi 10 – 30 calon Group Leader.
12. Program pelatihan yang dilaksanakan termasuk juga komponen evaluasi (mengapa anggota kelompok meninggalkan program, mengapa mereka tetap tinggal di dalam kelompok dan tekun mengikuti program, dsb) dan pemantauan terhadap pelaksanaan program untuk tujuan perbaikan dan penyempurnaan program ke depan.

Materi Ketrampilan Yang Disajikan Dalam Pelatihan Kepada Keluarga

Materi ketrampilan yang disajikan dalam program pelatihan harus dapat memastikan bahwa keluarga yang mengikuti program pelatihan, di akhir pelatihan memiliki ketrampilan berkomunikasi, serta memiliki kemampuan untuk menerapkan dan mempraktekan hal-hal positif di dalam keluarga. Orang tua belajar bagaimana caranya untuk saling mendengar antara anggota keluarga yang satu dengan yang lain; mampu mengorganisasikan pertemuan keluarga untuk mendiskusikan masalah-masalah yang penting; mendiskusikan bagaimana membagi tanggung-jawab dan tugas-tugas di antara anggota keluarga melalui masukan dari anggota keluarga; mendiskusikan dengan tenang terhadap masalah-masalah yang sulit seperti alkohol, narkoba, hubungan anggota keluarga dengan orang lain, masalah seksualitas; meningkatkan sosialisasi dan mengurangi isolasi, melalui peningkatan hubungan sosial dengan keluarga lain; merencanakan masa depan keluarga; menyediakan dan menghabiskan waktu bersama keluarga, serta merencanakan aktifitas bersama (sekeluarga); orang tua mampu memecahkan masalah keluarga secara bersama-sama, mempergunakan ketrampilan yang diperolah dari program pelatihan; mengembangkan metode dan disiplin yang tepat untuk ditindak-lanjuti oleh masing-masing anggota keluarga; tetap konsisten dan fair dalam menerapkan disiplin di antara anggota keluarga, serta adanya umpan-balik dari setiap anggota keluarga.

Manfaat Program Pelatihan

Implementasi program pelatihan ketrampilan kepada keluarga (Family Skills Training Programmes) terbukti memberikan dampak positif terhadap keluarga. Positif outcome terhadap anak berupa meningkatnya keinginan anak untuk melaksanakan pola hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari, mengurangi sikap agresif anak, dan berkurangnya tingkat kenakalan, tindak kejahatan, meningkatnya keterikatan anak dengan sekolah, anak diterima luas di dalam kelompok sebaya (Peer Group), serta meningkatnya interaksi positif antara anak dengan orang tua. Meningkatnya perilaku positif orang tua dalam mengatur anak melalui penerapan disiplin di dalam keluarga yang efektif dan konsisten, meningkatkan kemampuan dan ketrampilan orang tua dalam memecahkan berbagai masalah keluarga, sehingga mendapat penerimaan yang luas dari anak, meningkatkan kohesi hubungan orang tua dengan anak dalam berbagai aspek, mengurangi konflik di dalam keluarga, mengurangi keterlibatan anak dalam berbagai permasalahan kesehatan, sosial, termasuk penyalahgunaan narkoba.

Last modified on Tuesday, 21 November 2017 14:33